Tiap orang memiliki perbedaan dalam mengekspresikan potensi bakat, minat, gaya belajar, responsivitas daya tangkap, ketelitian hingga karakter dan kepribadiannya. Metode analisa sidik jari dapat mengurai kode genetik terkait dengan potensi seseorang secara lebih akurat. Bagaimana analisa sidik jari bisa mengungkap perbedaan keunikan individu secara genetik tersebut ?
Ilmu dasar dalam analisa sidik jari ini adalah science and research of dermatoglyphics, yaitu bagian dari ilmu biologi yang mempelajari faktor genetika dan anatomi terutama mengenai pembentukan pola atau ukiran pada kulit jari, telapak tangan dan kaki.
Tokoh berpengaruh terkait dengan ilmu dermatoglyphic adalah Dr. Harold Cummins bersama Charles Midlo dalam bukunya, Finger print, Palms and Soles : An Introduction To Dermatoglyphics, menyebutkan bahwa pola sidik jari ini dikontrol oleh kromosom, di mana para ahli genetika telah mempelajari dan membuktikan bahwa perubahan struktur dari pola tersebut diturunkan secara genetik. Jumlah guratan pada jari ditentukan dan terbentuk secara genetik namun tidak memiliki efek yang lebih dominan dibandingkan dengan pengaruh lingkungan.
Pola pembentukan garis-garis sidik jari terbentuk sejak embrio berusia 13 minggu dalam kandungan. Saat itu, tonjolan diujung jari, interdigital, area thenar (berhubungan dengan telapak tangan dan kaki), dan hypothenar ditangan mulai terbentuk. Formasi tersebut terlengkapi ketika janin berusia 24 minggu dan terus berkembang seiring dengan perkembangan sel saraf otak. Jumlah garis-garis sidik jari tidak akan pernah berubah setelah bayi dilahirkan karena pola sidik jari dipengaruhi oleh DNA seseorang. Jadi, pola sidik jari bersifat di turunkan dari orangtua si anak.
Otak memiliki faktor-faktor genetis yang tidak dapat diubah sehingga memiliki batas tertentu dalam menerima intervensi dari luar. Namun, otak merupakan sistem terbuka terhadap lingkungan dan itulah yang menyebabkan setiap orang unik. Artinya, secara bawaan genetis, jumlah sel syaraf otak tidaklah bertambah, seperti halnya jumlah garis-garis sidik jari. Bagian yang jumlahnya berubah adalah sambungan sel syaraf otak yang disebut synaps. Jumlah sambungan sel ini akan bertambah ketika otak mendapatkan stimulasi dari lingkungan ketika menyerap pengalaman, pendidikan dan pelajaran secara terus menerus sepanjang hayat. Sel syaraf memang mengalami pertumbuhan, tetapi ia juga mengalami proses berhenti tumbuh. Sel syaraf mengalami proses perampingan (pruning), bahkan jika neuron-neuron tersebut tidak terkoneksi, ia akan mengalami kematian (apoptosis). Semakin banyak sambungan neuron yang terbentuk karena rangsangan, semakin banyak pengetahuan dan kemampuan yang bisa dikuasai oleh seseorang.
Berdasarkan hal itu, kita ketahui bahwa otak merupakan sistem yang dinamis. Cara kerja otak terwujud dari hasil interaksi antara cetak biru (blue print) genetis dan pengaruh lingkungan. Sebenarnya ketika lahir, karakteristik sistem organisasi otak (pembagian sel) sudah dalam kondisi sempurna. Namun, proses perkembangan selanjutnya sangat tergantung stimulasi lingkungan tingkat lanjut.
____________________________________________________________________
Referensi : Dahsyatnya Sidik Jari - Menguak Bakat & Potensi untuk Merancang Masa Depan Melalui Fingerprint Analysis ; Ifa H. Misbach (Psikolog) & Tim Psikobiometric Research
Ilmu dasar dalam analisa sidik jari ini adalah science and research of dermatoglyphics, yaitu bagian dari ilmu biologi yang mempelajari faktor genetika dan anatomi terutama mengenai pembentukan pola atau ukiran pada kulit jari, telapak tangan dan kaki.
Tokoh berpengaruh terkait dengan ilmu dermatoglyphic adalah Dr. Harold Cummins bersama Charles Midlo dalam bukunya, Finger print, Palms and Soles : An Introduction To Dermatoglyphics, menyebutkan bahwa pola sidik jari ini dikontrol oleh kromosom, di mana para ahli genetika telah mempelajari dan membuktikan bahwa perubahan struktur dari pola tersebut diturunkan secara genetik. Jumlah guratan pada jari ditentukan dan terbentuk secara genetik namun tidak memiliki efek yang lebih dominan dibandingkan dengan pengaruh lingkungan.
Pola pembentukan garis-garis sidik jari terbentuk sejak embrio berusia 13 minggu dalam kandungan. Saat itu, tonjolan diujung jari, interdigital, area thenar (berhubungan dengan telapak tangan dan kaki), dan hypothenar ditangan mulai terbentuk. Formasi tersebut terlengkapi ketika janin berusia 24 minggu dan terus berkembang seiring dengan perkembangan sel saraf otak. Jumlah garis-garis sidik jari tidak akan pernah berubah setelah bayi dilahirkan karena pola sidik jari dipengaruhi oleh DNA seseorang. Jadi, pola sidik jari bersifat di turunkan dari orangtua si anak.
Otak memiliki faktor-faktor genetis yang tidak dapat diubah sehingga memiliki batas tertentu dalam menerima intervensi dari luar. Namun, otak merupakan sistem terbuka terhadap lingkungan dan itulah yang menyebabkan setiap orang unik. Artinya, secara bawaan genetis, jumlah sel syaraf otak tidaklah bertambah, seperti halnya jumlah garis-garis sidik jari. Bagian yang jumlahnya berubah adalah sambungan sel syaraf otak yang disebut synaps. Jumlah sambungan sel ini akan bertambah ketika otak mendapatkan stimulasi dari lingkungan ketika menyerap pengalaman, pendidikan dan pelajaran secara terus menerus sepanjang hayat. Sel syaraf memang mengalami pertumbuhan, tetapi ia juga mengalami proses berhenti tumbuh. Sel syaraf mengalami proses perampingan (pruning), bahkan jika neuron-neuron tersebut tidak terkoneksi, ia akan mengalami kematian (apoptosis). Semakin banyak sambungan neuron yang terbentuk karena rangsangan, semakin banyak pengetahuan dan kemampuan yang bisa dikuasai oleh seseorang.
Berdasarkan hal itu, kita ketahui bahwa otak merupakan sistem yang dinamis. Cara kerja otak terwujud dari hasil interaksi antara cetak biru (blue print) genetis dan pengaruh lingkungan. Sebenarnya ketika lahir, karakteristik sistem organisasi otak (pembagian sel) sudah dalam kondisi sempurna. Namun, proses perkembangan selanjutnya sangat tergantung stimulasi lingkungan tingkat lanjut.
____________________________________________________________________
Referensi : Dahsyatnya Sidik Jari - Menguak Bakat & Potensi untuk Merancang Masa Depan Melalui Fingerprint Analysis ; Ifa H. Misbach (Psikolog) & Tim Psikobiometric Research